1.
Pengertian Etika
Ethos adalah salah satu kata Yunani
kuno yang masuk dalam banyak bahasa modern persis dalam bentuk seperti yang
dipakai oleh bahasa aslinya dulu. Sepintas lalu, kata ethos merupakan asal usul
dari kata etika dan etis. Dalam bahasa modern, ethos menunjukkan ciri-ciri,
pandangan, nilai yang menandai suatu kelompok. Dalam Concise Oxford Dictionary
(1974) ethos disifatkan sebagai characteristic spirit of community, people or
system, suasana khas yang menandai suatu kelompok, bangsa atau sistem.
Menurut Bertens (2007:224) etika berasal dari bahasa Yunani kuno mempunyai banyak arti yakni tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah adat kebiasaan.
Menurut Bertens (2007:224) etika berasal dari bahasa Yunani kuno mempunyai banyak arti yakni tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah adat kebiasaan.
Secara etimologis, istilah ethos
berarti “tempat hidup“ yang dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan.
Sejalan dengan waktu, kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin
kompleks. Dari kata yang sama muncul istilah Ethikos yang berarti “teori
kehidupan”, yang kemudian menjadi “etika” (Noviliadi, 2009:4).
Secara terminologis, ethos digunakan dalam tiga pengertian, yaitu:
Secara terminologis, ethos digunakan dalam tiga pengertian, yaitu:
(1) suatu aturan umum atau cara hidup,
(2) suatu tatanan dari perilaku,
(3) penyelidikan tentang jalan hidup
dan seperangkat aturan tingkah laku.
Dari kata ethos, terbentuklah kata
ethic yaitu pedoman, moral dan perilaku, atau etiket yaitu cara bersopan
santun. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan
tentang asas-asas akhlak (moral). Jadi etika sama dengan ethos yang secara
etimologis memiliki arti adat kebiasaan yang oleh filsuf Yunani Aristoteles
(384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Sedangkan menurut
Webster’s New Word Dictionary 3rd College Edition, etos didefinisikan sebagai
kecenderungan atau karakter, sikap, kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari
individu atau kelompok. Dalam bahasa Inggris ethos diartikan sebagai watak atau
semangat fundamental suatu budaya, berbagai ungkapan yang menunjukkan
kepercayaan, kebiasaan, atau perilaku suatu kelompok masyarakat.
Dengan demikian etika dapat berarti:
Pertama, Etika atau Ethos dapat dipakai sebagai nilai-nilai dan norma-norma
moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Misalnya etika protestan (The protestant Ethik and the
Spirit of Capitalism karya Max Weber), Etika Confucius, Etika Islam, dan
sebagainya. Kedua, etika atau ethos adalah The governing or central principles
in a movement, work of art, mode of expression, or the like, yaitu prinsip
utama atau pengendali dalam suatu pergerakan, pekerjaan seni, bentuk ekspresi
atau sejenisnya. Jadi etos merupakan seperangkat pemahaman dan keyakinan
terhadap nilai-nilai yang secara mendasar mempengruhi kehidupan, menjadi
prinsip-prinsip pergerakan dan cara berekspresi yang khas pada sekelompok orang
dengan budaya serta keyakinan yang sama.
2. Prinsip-Prinsip
Etika
Prinsip- prinsip perilaku
professional tidak secara khusus dirumuskan oleh ikatan akuntan Indonesia tapi
dianggap menjiwai kode perilaku akuntan Indonesia. Adapun prinsip- prisip etika
yang merupakan landasan perilaku etika professional, menurut Arens dan Lobbecke
(1996 : 81) adalah :
- Tanggung jawab : Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional dan pertimbangan moral dalam semua aktifitas mereka.
- Kepentingan Masyarakat : Akuntan harus menerima kewajiban-kewajiban melakukan tindakan yang mendahulukan kepentingan masyarakat, menghargai kepercayaan masyarakat dan menunjukkan komitmen pada professional.
-
Integritas : Untuk mempertahankan dan menperluas kepercayaan masyarakat, akuntan harus melaksanakan semua tanggung jawab professional dan integritas.
- Objektivitas dan indepedensi : Akuntan harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab profesioanal. Akuntan yang berpraktek sebagai akuntan public harusbersikap independen dalam kenyataan dan penampilan padawaktu melaksanakan audit dan jasa astestasi lainnya.
- Keseksamaan : Akuntan harus mematuhi standar teknis dan etika profesi, berusaha keras untuk terus meningkatkan kompetensi dan mutu jasa, dan melaksanakan tanggung jawab professional dengan kemampuan terbaik.
3. Basis
Teori Etika
1.
Teleologi
Teori yang dikembangkan oleh
Jeremy Bentham dan John Stuart Mill ini mendasarkan pada dua konsep yakni :
Pertama, konsep Utility Etika Bisnis (manfaat) yang kemudian disebut
Utilitarianisme. artinya, pengambilan keputusan etika yang ada pada konsep ini
dengan menggunakan pertimbangan manfaat
terbesar bagi banyak pihak sebagai hasil akhirnya. Dengan kata lain, sesuatu yang
dinilai benar adalah sesuatu yang memaksimalisasi apa yang baik atau
meminimalisir apa yang berbahaya bagi
banyak pihak. Maka, sesuatu itu dinilai sebagai perbuatan etis ketika sesuatu
itu semakin bermanfaat bagi banyak orang. Dan kedua, teori Keadilan Distribusi
(Distribitive Justice) atau keadilan yang berdasarkan pada konsep Fairness.
Inti dari teori ini adalah perbuatan itu
dinilai etis apabila menjunjung keadilan distribusi barang dan jasa berdasarkan
pada konsep Fairness. Yakni konsep yang memiliki nilai dasar keadilan. Dalam
hal ini, suatu perbuatan sangat beretika apabila berakibat pada pemerataan atau kesamaan kesejahteraan dan
beban, sehingga konsep ini berfokus pada
metode distribusinya. Distribusi sesuai bagiannya, kebutuhannya, usahanya,
sumbangan sosialnya dan sesuai jasanya, dengan ukuran hasil yang dapat
meningkatkan kerjasama antar anggota masyarakat.
2.
Deontologi
Teori yang dikembangkan oleh
Immanuel Kant ini mengatakan bahwa keputusan moral harus berdasarkan
aturan-aturan dan prinsip-prinsip universal, bukan "hasil" atau
"konsekuensi" seperti yang ada dalam teori teleologi. Perbuatan baik
bukan karena hasilnya tapi mengikuti suatu
prinsip yang baik berdasarkan kemauan yang baik. Dalam teori ini
terdapat dua konsep, yaitu : Pertama, Teori Keutamaan (Virtue Ethics). Dasar
dari teori ini bukanlah aturan atau prinsip yang secara universal benar atau
diterima, akan tetapi apa yang paling baik bagi manusia untuk hidup. Dasar dari
teori ini adalah tidak menyoroti
perbuatan manusia saja, akan tetapi seluruh manusia sebagai pelaku
moral. Memandang sikap dan akhlak seseorang yang adil, jujur, mura hati, dsb
sebagai keseluruhan.
3.
Teori
Hak
Nilai dasar yang dianut dalam
teori in adalah kebebasan. Perbuatan etis harus didasarkan pada hak individu
terhadap kebebasan memilih. Setiap individu memiliki hak moral yang tidak dapat
ditawar.
4.
Teori
Keutamaan
Teori yang memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan
apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan
sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan
sebagai disposisi watak yang
telah diperoleh seseorang dan
memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral.
4. Egoisme
Kata “egoisme” merupakan
istilah yang berasal dari bahasa latin yakni ego, yang berasal dari kata Yunani
kuno – yang masih digunakan dalam bahasa Yunani modern – ego (εγώ) yang berarti
“diri” atau “Saya”, dan-isme, digunakan untuk menunjukkan sistem
kepercayaannya. Dengan demikian, istilah ini secara etimologis berhubungan
sangat erat dengan egoisme filosofis.
Egoisme adalah cara untuk
mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang menguntungkan bagi dirinya
sendiri, dan umumnya memiliki pendapat untuk meningkatkan citra pribadi
seseorang dan pentingnya – intelektual, fisik, sosial dan lainnya. Egoisme ini
tidak memandang kepedulian terhadap orang lain maupun orang banyak pada umunya
dan hanya memikirkan diri sendiriTeori eogisme atau egotisme diungkapkan oleh
Friedrich Wilhelm Nietche yang merupakan pengkritik keras utilitarianisme dan
juga kuat menentang teori Kemoralan Sosial. Teori egoisme berprinsip bahwa
setiap orang harus bersifat keakuan, yaitu melakukan sesuatu yang bertujuan
memberikan manfaat kepada diri sendiri. Selain itu, setiap perbuatan yang
memberikan keuntungan merupakan perbuatan yang baik dan satu perbuatan yang
buruk jika merugikan diri sendiri.
Daftar Pustaka
- Bertens, K., 1997. Etika, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
- Dwi Suwikyo, 2010. Ayat-ayat Ekonomi Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
- Ernawan Erni, 2011. Business Ethics, Bandung : Alfabeta
- http://id.wikipedia.org/wiki/Egoisme






0 komentar:
Posting Komentar