Dalam tulisan kali ini saya akan mengangkat topik
kelangkaan air. Mengapa? Karena saat ini di kosan saya mati air. Demi apapun
yang namanya mati air adalah hal yang sangat menyebalkan. Di pagi hari saat
kita hendak memulai aktivitas sehari-hari harus disambut dengan air keran yang
mati. Bayangkan kalau ada yang ingin bekerja, sekolah/kuliah, dan kesibukan
lainnya kita hanya bisa puas dengan ganti baju dan menyemprotkan banyak parfum.
Hiks..pastinya lengket bukan main. Terus gimana dengan buang air? Masa iya kita
harus pakai tisu ala orang-orang bule di Barat sana. Well, berhubung kita orang
Indonesia rada gimana gitu. Karena itu,
coba simak bahasan berikut dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kelangkaan_air
Kelangkaan air adalah minimnya jumlah air yang
tersedia untuk memenuhi kebutuhan di suatu wilayah. Kelangkaan air telah
mempengaruhi setiap benua kecuali Antartika, dan sekitar 2.8 miliar manusia
hidup di daerah yang mengalami kelangkaan air setidaknya sebulan dalam setahun.
Lebih dari 1.2 miliar manusia memiliki akses terhadap air minum yang tidak
mencukupi.
Kelangkaan air dapat disamakan dengan stres air, defisit air, dan krisis
air. Stres air dapat disebut juga kesulitan mendapatkan sumber air
bersih untuk digunakan pada periode waktu tertentu dan dapat memperparah
kelangkaan air. Kelangkaan air dapat disebabkan oleh perubahan iklim karena
berubahnya pola cuaca seperti terjadinya pergantian ekstrim antara kekeringan dan musim banjir. Pencemaran air dan
peningkatan jumlah populasi manusia yang membutuhkan air juga menjadi penyebab
kelangkaan air.
Kelangkaan air dapat merupakan hasil dari dua mekanisme,
yaitu kelangkaan air secara fisik dan kelangkaan air secara ekonomi.
Kelangkaan air secara fisik dihitung berdasarkan jumlah air yang tersedia secara
alami dan kebutuhannya di suatu wilayah. Kelangkaan air secara ekonomi
dikarenakan kemiskinan yang terjadi meski air tersedia secara mencukupi.
Berdasarkan UNDP, kelangkaan air secara
ekonomi lebih sering terjadi karena perebutan air antara kebutuhan rumah
tangga, pertanian, industri, dan pelestarian lingkungan.
Pengurangan kasus kelangkaan air merupakan tujuan
pemerintahan di berbagai negara di dunia. PBB menekankan pentingnya akses terhadap air
dan sanitasi bagi penduduk suatu negara. Negara yang mengadopsi Millenium Development Goals menyatakan bahwa pada tahun 2015
akan mengurangi kasus kelangkaan air menjadi setengahnya.
Stres air
Lebih dari seperenam
manusia di dunia hidup di daerah yang mengalami stres air, yang berarti mereka
tidak memiliki akses yang mencukupi ke air minum. Sekitar 1.1 miliar jiwa dari
manusia yang hidup dalam lingkungan stres air berada di negara miskin dan
berkembang. Wilayah atau negara disebut "stres air" ketika suplai air
tahunan berada di bawah 1700 kubik meter per orang per tahun. Pada level di
antara 1000 dan 1700 meter kubik per orang per tahun, suplai air terjadi secara
periodik. Di bawah 1000 meter kubik per orang per tahun, kelangkaan air
terjadi. Pada tahun 2006, 700 juta jiwa di 43 negara hidup di bawah batas
suplai air 1700 meter kubik per orang per tahun. Stres air sedang meningkat di
China, India, Afrika sub Sahara. Kawasan dengan wilayah yang paling mengalami
stres air adalah Timur Tengah dengan rata-rata suplai air 1200 meter kubik per
orang per tahun. Di China, lebih dari 538 juta orang hidup di kawasan stres air
di sekitar basin sungai di mana penggunaan sumber daya air jauh melebihi
tingkat pengembaliannya.
Perubahan iklim
diperkirakan telah menjadi salah satu penyebab berkurangnya jumlah air tawar
yang tersedia. Perubahan iklim mlelehkan gletser lebih cepat dari
tingkat pengembaliannya, mengurangi jumlah air yang mengalir di sungai, dan
memperkecil danau. Di berbagai tempat, akuifer dipompa berlebihan.
Meski air tawar secara keseluruhan tidak dipompa secara habis, banyak sumber
air tawar yang telah tercemar sehingga tidak bisa digunakan sebagai air minum
dan untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan industri. Petani harus berjuang
untuk mempertahankan produktivitas dengan jumlah air yang terbatas, sedangkan
perkotaan dan industri harus mencari cara untuk menghemat penggunaan air.
Sebuah studi yang
dipubikasikan Journal of Climate menemukan bahwa di sebelah tenggara
Amerika Serikat, kelangkaan air terjadi lebih disebabkan oleh peningkatan
populasi. Setelah melakukan pengambilan data iklim dan cuaca serta melakukan
permodelan dengan laju peningkatan populasi manusia, disimpulkan bahwa kondisi
ini akan tetap terjadi.
Kelangkaan air secara fisik dan ekonomi
Kelangkaan air secara fisik
adalah kondisi di mana sumber daya air tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
suatu wilayah atau negara, termasuk air untuk memenuhi kebutuhan pelestarian
ekologi. Kondisi ini juga terjadi di wilayah di mana air terdapat dalam jumlah
yang banyak namun dipompa secara berlebihan untuk kebutuhan lain seperti irigasi. Gejala yang
memperlihatkan kelangkaan air fisik mencakup degradasi lingkungan dan turunnya
tinggi muka air tanah.
Kelangkaan air secara ekonomi
disebabkan oleh kurangnya investasi di infrastruktur dan teknologi untuk
menyediakan air bagi kebutuhan manusia. Adanya manusia yang masih mencari air
dari tempat yang jauh merupakan salah satu tanda adanya kelangkaan air secara
ekonomi.
Efek kelangkaan air bagi lingkungan
Kapal yang
terbengkalai di lokasi yang sebelumnya merupakan Laut Aral, kini merupakan
tanah gersang yang mengalami salinisasi
parah
Kelangkaan air
memiliki berbagai dampak negatif bagi lingkungan. Penggunaan air yang berlebih
terkait erat dengan kasus kelangkaan air. Kelangkaan air menyebabkan peningkatan
kadar garam tanah, pencemaran nutrisi, hilangnya rawa, dan penyusutan tepi sungai. Seama lebih dari
seratus tahun yang lalu, lebih dari setengah lahan basah di bumi telah hilang.
Lahan basah seperti rawa dan tepi sungai merupakan habitat yang penting bagi mamalia, burung, ikan, amfibi, dan invertebrata, juga bagi
manusia karena berbagai jenis lahan pertanian (seperti sawah) dibangun di atas lahan basah. Lahan
basah juga berfungsi sebagai penyaring air dan perlindungan dari banjir. Laut Aral merupakan contoh
kasus di mana kelangkaan air akibat irigasi berlebihan menyebabkan suplai air
ke lokasi ini terhenti, menyebabkan hilangnya 58 ribu kilometer persegi
perairan, dan salinisasi
tanah terjadi sepanjang tiga dekade terakhir.[
Subsiden adalah
"tenggelamnya" tanah secara perlahan maupun tiba-tiba, dan merupakan
petunjuk adanya kelangkaan air tanah. Di Amerika Serikat diperkirakan 17 ribu
mil persegi lahan telah mengalami subsiden, dan 80 persen di antaranya
merupakan hasil dari penggunaan air tanah secara berlebihan.
Berkurangnya sumber daya air
Selain air permukaan
seperti sungai dan danau, sumber air tawar lain seperti air tanah dan gletser telah menjadi
sumber air masyarakat yang dapat diperhitungkan. Air tanah adalah air yang
terkumpul di bawah permukaan tanah dan dapat digunakan melalui sumur atau mata air. Air tanah
terkumpul di lapisan yang disebut dengan akuifer. Gletser menyediakan air
tawar setelah meleleh. Gletser menyuplai air bagi danau dan sungai di berbagai
tempat di dunia. Karena pertumbuhan populasi manusia yang eksponensial menyebabkan
jumlah air yang digunakan dari kedua sumber ini juga meningkat.
Air tanah
Air tanah sebelum
abad ke 20 merupakan sumber air yang jarang digunakan. Pada tahun 1960an,
penggunaan air tanah terus meningkat. Perubahan pengetahuan, teknologi, dan
pembiayaan memfokuskan pengembangan pada usaha ekstraksi air tanah. Pertanian
juga mulai menggunakan air tanah sebagai sumber air irigasi dan mampu
memperluas usaha produksi pangan hingga ke daerah yang kering. Air tanah kini
menyediakan air minum bagi setengah populasi dunia.] Sejumlah
besar air yang tersimpan di bawah tanah di sebagian besar akuifer memiliki kapasitas penyangga (buffer) sehingga
dapat diambil dengan batasan jumlah tertentu di musim kering tanpa menyebabkan
masalah. Hingga tahun 2010 rata-rata air tanah yang diambil sebanyak 1000 km
kubik per tahun dengan 67% digunakan di irigasi dan 11% untuk kebutuhan
industri. Negara dengan tingkat ekstraksi air tanah terbesar adalah India,
China, Amerika Serikat, Pakistan, Iran, Bangladesh, Meksiko, Arab Saudi,
Indonesia, dan Italia dengan total 72% dari seluruh air tanah yang diserap. Air
tanah menjadi sumber air yang penting untuk kehidupan manusia dan ketahanan pangan bagi 1.2
hingga 1.5 miliar jiwa manusia di Afrika dan Asia.
Meski air tanah
merupakan sumber yang cukup penting, satu masalah yang menghinggapi
ketersediaan air tanah adalah laju pengembalian air tanah (replenishment)
yang dibawah laju ekstraksinya. Ekstraksi berlebihan dapat mengalihkan aliran
air tanah yang sebelumnya menuju ke air permukaan sehingga volume danau dan
sungai menjadi mengecil. Hilangnya air tanah dapat memicu salinisasi tanah, subsiden tanah, dan
berkurangnya volume mata air.
Gletser
Gletser diketahui merupakan
sumber air yang cukup penting bagi berbagai sungai di dunia. Peningkatan
temperatur global telah memperlihatkan dampaknya di seluruh dinia dengan
berkurangnya cadangan air di dalam gletser ini dan laju pelelehan yang lebih
tinggi dibandingkan laju pengembaliannya. Meski pelelehan gletser yang terjadi
saat ini telah meningkatkan jumlah suplai air permukaan, namun hilangnya
gletser membahayakan ketersediaan air secara jangka panjang pada masa depan.
Pelelehan gletser secara berlebihan juga dapat menyebabkan banjir hingga
meruntuhkan bendungan.
Nah, kita sudah lihat
ulasan diatas kan? Kita semua pasti mengerti seberapa penting air bersih itu.
Oleh karena itu saya juga memuat tips-tips cara menghemat air yang diambil dari
http://id.wikihow.com/Menghemat-Air.
Semoga bermanfaat.
Menghemat Air di Dalam Rumah
- Hematlah air dari keran Anda
- Periksa pipa air Anda terhadap kebocoran, terutama keran dan kloset yang bocor.
Menghemat Air di Kamar Mandi
- Pasanglah pancuran mandi dan keran yang hemat air, atau pasanglah aerator keran
- Mandi cepat dengan pancuran
- Gunakan air bekas mandi berendam, mencuci pakaian atau mencuci piring untuk mengairi kebun
- Ubah kloset Anda agar menyiramkan air lebih sedikit
- Beli atau buat kloset penyiram ganda
- Gunakan kloset Anda dengan selayaknya
Menghemat Air di Tempat Cuci dan Dapur
- Ganti mesin cuci Anda dengan yang jauh lebih efisien
- Operasikan mesin dengan beban cucian penuh.
- Kurangi frekuensi mencuci pakaian
- Jangan gunakan mesin penyedot sampah terlalu sering
Menghemat Air di Luar Rumah
- Pasanglah meteran air
- Tutupi kolam renang Anda.
- Atur waktu Anda untuk menggunakan air
- Rawatlah penyiram kebun dan irigasi Anda
- Cucilah mobil di atas rumput taman
- Jangan membersihkan jalan atau trotoar dengan semprotan selang air
Menghemat Air Saat Berkebun
- Rawat rerumputan Anda dengan cara yang lebih hemat air
- Tumbuhkan rerumputan dengan benar
- Tanamlah dengan benar
0 komentar:
Posting Komentar